13 Nov 2017

Peringatan Hari Pahlawan Di Lapangan Bung Karno Dilaksanakan Dengan Khidmat

Jumat  tanggal 10 nopember 2017 pukul 0730 wib  bertempat di. Alun alun Bung karno kelurahan kalirejo kecamatan ungaran Timur kabupaten Semarang telah dilaksanakan  Upacara  Peringatan Hari Pahlawan tahun 2017 Tingkat Kabupaten Semarang dengan tema. Perkokoh  Persatuan Membangun Negeri Sebagai Irup Bupati Semarang , Danup Kapten Kav Sudarto Pasiops Kodim 0714/Salatiga

Hadir dalam acara,  Bupati Semarang ,Wakil Bupati semarang,Kapolres Semarang Akbp Agus Nugroho, SIK, Kasdim 0714/Salatiga Mayor Kav Burhanuddin ST,Ka Pengadilan Negeri ungaran,Kajari Ambarawa,Ka DPRD kabupaten Semarang,Jajaran SKPD kabupaten Semarang,Ustad kholil mewakili FPI Kab Semarang, ,serta Tamu Undangan lebih kurang 50 orang 


Amanat Menteri Sosial RI Khofifah Endar Parawansa yang dibacakan oleh Inspektur Upacara, Setiap tanggal 10 November, kita seluruh Bangsa Indonesia memperingati Hari Pahlawan, mengenang para pendahulu kita, pahlawan dan perintis kemerdekaan, para pendiri Republik Indonesia, mereka dengan segenap pemikiran, tindakan dan gerakan perjuangan kolektif yang mereka lakukan, sehingga saat ini kita semua bisa menikmati hidup di bumi Indonesia sebagai bangsa yang merdeka, bangsa yang sederajat dengan bangsa lain, bangsa yang menyadari tugas sejarahnya untuk menjadikan kemerdekaan sebagai jembatan emas bagi terwujudnya Indonesia yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur, Para pendiri bangsa mengabarkan pesan penting kepada kita. Pesan itu adalah bahwa setelah kemerdekaan diraih, maka tahapan selanjutnya kita harus bersatu terlebih dahulu untuk bisa memasuki tahapan bernegara selanjutnya yakni berdaulat, adil dan makmur. Oleh karena pesan fundamental itulah maka peringatan Hari Pahlawan 10 November 2017 ini kita mengambil tema “Perkokoh Persatuan Membangun Negeri”.Apabila kita mampu bersatu sebagai satu bangsa maka kita dapat maju bersama-sama dan mendistribusikan berkah kemerdekaan bagi seluruh masyarakat Indonesia, Saudara-saudari sebangsa setanah air, patriot bangsa yang budiman, Hari Pahlawan yang kita peringati saat ini didasarkan pada peristiwa pertempuran terhebat dalam riwayat sejarah dekolonisasi dunia, yakni peristiwa “Pertempuran 10November 1945” di Surabaya. Sebuah peristiwa yang memperlihatkan kepada dunia Internasional, betapa segenap rakyat Indonesia dari berbagai ras, suku, agama, budaya dan berbagai bentuk partikularisme golongan bersama-sama melebur menjadi satu untuk berikrar, bergerak dan menyerahkan hidupnya, jiwa raganya untuk mempertahankan kemerdekaan Indonesia. 4. Saudara-saudari sebangsa setanah air, patriot bangsa yang budiman, Bung Karno pernah menegaskan bahwa bangsa yang besar adalah bangsa yang menghormati jasa pahlawannya. Kalimat singkat dari Bung Karno ini memiliki makna yang sangat mendalam bagi kita semua. Tanpa pengorbanan dan perjuangan para pahlawan dan perintis kemerdekaan, tidak akan ada gagasan besar untuk mendirikan sebuah negara yang bernama Republik Indonesia.  5. Dalam setiap rangkaian perjuangan kepahlawanan yang membentuk ke Indonesiaan kita, kita dapat mengambil pelajaran dari apinya perjuangan para pendahulu kita, api yang menjadi suasanakebatinan dan pelajaran moral bagi kita semua yakni, api yang membentuk terbangunnya Persatuan Indonesia yang berdiri atas dua hal yakni adanya harapan dan pengorbanan.Harapan dan pengorbanan itulah yang membentuk persatuan dan melahirka Indonesia, merawat eksistensinya dalam panggung sejarah bangsa-bangsa, dan harus terus dinyalakan agar Republik Indonesi tetap berdiri tegak, menjadi besar dan terus memberi sumbangan penting sebagai bagian dari persaudaraan umat manusia di dunia, Saudara-saudari sebangsa setanah air, patriot bangsa yang budiman,Berbagai sejarah kepahlawanan, mengisahkan tentang menyala-nyalanya api”Harapan” yang menjadi pemantik dari berbagai tindakan-tindakan heroik yang mengagumkan. Begitu pula Republik Indonesia tercinta ini ketika diproklamirkan, dengan keberanian, tekad, pemikiran orisinil tentang kehidupan bernegara yang tertuang dalam Pancasila dan UUD 1945 dan pengorbanan yang besar, maka berkat rahmat Allah Yang Maha Kuasa dan dengan didorongkan oleh keinginan luhur supaya berkehidupan kebangsaan yang bebas maka rakyat Indonesia menyatakan kemerdekaannya, Apakah yang menjadi pemantik sehingga pendahulu kita berani memproklamirkan kemerdekaan saat itu ? Keberanian itu dapat digerakkan oleh sebuah modal tak ternilai dan tidak kasat mata, modal itu adalah adanya sebuah harapan. Sebuah harapan yang menimbulkan optimisme dalam hidup, sebuah harapan yang membuka segenap potensi, kita punya vitalitas dan daya hidup kemanusian untuk membuka terang kehidupan di masa depan, sebuah harapan bahwa dengan mengantarkan rakyat Indonesia ke depan pintu gerbang kemerdekaan Indonesia, maka kita dapat membangun sebuah kehidupan bernegara, sebuah rumah tangga politikkebangsaan dan kenegaraan yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur. Saat ini harapan akan masa depan yang lebih baik tersebut telah ditambahkan oleh Pemerintahan Presiden Bapak Joko Widodo dan Wakil Presiden Bapak H.M. Jusuf Kalla melalui sebuah visi transformatif yang mengarahkan dan menghimpun gerak seluruh elemen Republik Indonesia yakni: “Terwujudnya Indonesia yang berdaulat, mandiri dan berkepribadian berlandaskan gotong royong”. 
8. Dalam kerangka mewujudkan visi tersebut telah dirumuskan sembilan agenda prioritas pemerintahan ke depan yang disebut NAWACITA. Kesembilan agenda prioritas itu bisa dikategorisasikan ke dalam tiga ranah; ranah mental kultural, ranah material(ekonomi) dan ranah politik. Pada ketiga ranah tersebut, Pemerintah saat ini berusaha melakukan berbagai perubahan secara akseleratif, berlandaskan prinsip-prinsip Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Ketiga ranah pembangunan tersebut bisa dibedakan tapi tak dapat dipisahkan. Satu sama lain saling memerlukan pertautan secara sinergis. Perubahan mental kultural memerlukan dukungan politik dan material berupa politik kebudayaan dan ekonomi budaya. Sebaliknya perubahan politik memerlukan dukungan budaya dan material berupa budaya demokrasi dan ekonomi politik, Saudara-saudari sebangsa setanah air, patriot bangsa yang budiman, Republik Indonesia yang berdiri atas berkat rakhmat Allah Yang Maha Kuasa ini dapat kita terus nikmati kemerdekaannya karena para pahlawan pendahulu kita mengajarkan kepada kita keteladanan akan rela berkorban. Bung Karno mengingatkan berkali-kali dalam berbagai pidatonya, bahwa kehidupan bernegara Republik Indonesia inhanya bisa terwujud dan menjadi lebih baik dan maju kalau kita semua mau berkorban, mau memberi dan mau mengabdikan hidup untuk merawatnya. Kalangan ulama sufi mengajarkan mutiara kebijaksanaan bahwa jalan membangun ketaqwaan dan hidup berkah dibawah lindungan Allah Subhanahu Wa Ta’ala adalah dengan meluruhkan ego personal dan kepentingan kelompok untuk meleburkan kita dalam tarian pengabdian kepada Sang Khalik bersama dengan semesta alam. Saudara-saudara sekalian, bukan sebuah kebetulan tanpa penghayatan dan pemikiran yang mendalam ketika para pendiri Republik menempatkan Ketuhanan Yang Maha Esa sebagai Sila Pertama. Mengingat bahwa hanya dengan hadirnya spritualitas didalam jiwa sebuah masyarakat, dengan Iman kepada Allah Yang Maha Kuasa, tiap-tiap orang rela mengorbankan dan memberi hidup dan jiwanya untuk tujuan kehidupan bersama. 11. Demikianlah yang kita dapat pelajari dalammomen Peristiwa 10 November 1945. Inilah yang menjadi penjelasan ketika Bung Tomo meneriakkan pekik yang membakar semangat juang yaitu ; Allahu Akbar. Demikian pulalah yang membuat KH Hasyim Asy’ari mengeluarkan fatwa Resolusi Jihad untuk mempertahankan kemerdekaan Indonesia setelah ditanya oleh Bung Karno, bagaimana hukum dan posisi ummat Islam dalam mempertahankan kemerdekaan Indonesia. Demikianlah soliditas dan solidaritas kebangsaan dari seluruh rakyat Indonesia untuk mempertahankan kemerdekaannya, Dalam semangat cinta tanah air, menjaga pusparagamnya dan kebhinekaannya kita, para pendiri Republik dan pahlawan pendahulu menuangkan sumbangan terbaiknya kepada kita semua. Pada 28 Oktober 1928, seluruh pemuda Indonesia meluluhkan ego-ego kedaerahan, kelompok, ras dan golongan untuk menyatakan dan berikrar sebagai satu tanah air Indonesia, bangsa Indonesia dan bahasa Indonesia. Ikrar kebangsaan inilah yang memberi spirit pengorbanan persatu wanita Indonesia melalui kongres Wanita Indonesia tahun 1928 selaras dengan perjuangan RA Kartini untuk memberi pendidikan modrn dan kebangsaan bagi rakyat Nusantara sebelum Sumpah Pemuda dicetuskan. Ikrar kebangsaan Indonesia inilah yang memberi semangat pada pemuda Wage Rudolf Supratman untuk memperdengarkan pertama kalinya sebuah lagu yang selanjutnya menjadi lagu kebangsaan Indonesia Raya dalam pertemuan Sumpah Pemuda 1928. Kesadaran keIndonesiaan ini pula yang menggerakkan seorang keturunan Tionghoa bernama Kwee Kek Beng yang menjadi pemimpin redaksi koran Sin Po, Pada saat kepemimpinan beliaulah koran Sin Po menjadi koran pertama yang berani memuat teks lagu Indonesia Raya meskipun harus berhadapan dengan ancaman kolonial Belanda. Keteladanan untuk membangunkebersamaan dan persatuan yang melampaui partikularitas ini pula yang menggerakkan pemuda Kristen asal Ambon bernama Johannes Leimena untuk mengkonsilidasikan para pemuda Kristen lainnya, meninggalkan partikularitas menjadi satu menjadi bagian dari Bangsa Indonesia. Semangat rela berkorban ini pula yang menggerakkan KH Wahab Hasbullah pada tahun 1934 melahirkan syair menggetarkan Yaa Ahlal Wathan (wahai patriot bangsa) yang dengan karya seni ini beliau mengisyaratkan sebuah fatwa penting bahwa kecintaan terhadap tanah air Indonesia adalah bagian dari iman. Dan selanjutnya pada peristiwa Pertempuran 10 November , inspirasi dari RA Kartini, ikrar Sumpah Pemuda, lagu kebangsaan Indonesia Raya, keberanian dari Kwee Kek Beng, komitmen dari Johannes Leimena, Syair Yaa Ahlal Wathan dan berbagai karya cipta yang menggerakkan ruh pendahulu kita, berperan besar sebagai penanda estetik-heroik, sebagai energi penggerak Arek-Arek Suroboyo yang dibantu dengan semangat solidaritas dan bela rasa oleh seluruh rakyat Indonesia untuk mempertahankan kemerdekaan Republik Indonesia, Saudara-saudari sebangsa setanah air, patriot bangsa yang budiman, Pada era milinium kedua saat ini kita tengah menyaksikan sebuah transformasi besar dalam hubungan Internasional diantara bangsa-bangsa dunia. Kita sedang menyaksikan suatu zaman yang diutarakan oleh Jurnalis Gidion Rahman pada tahun 2016 tentang fajar baru pergeseran global dimana kemajuan peradaban dunia disebut sebagai era Easternization atau Timurisasi. Dalam era kemajuan global seperti ini negara-negara Asia dianggap sebagai kutub￾kutub baru kemajuan peradaban dunia. Oleh karena itulah persatuan Indonesia bukan hanya sebuah imperatif yang harus kita rawat sebagai suatu bangsa namun lebih dari itu Persatuan Indonesia adalah sebuah prasyarat bagi kita menjadi bagian dari kekuatan yang tengah tumbuh, the rising force bersama dengan bangsa-bangsa lain yang saat ini menjadi sorotan kemajuan seperti China, India dan Korea untuk menjadi menara-menara baru pembawa obor kemanusiaan. Membawa cahaya baru yang menjadi pandu kemajuan dunia berlandaskan nilai-nilai Ketuhanan dan Kemanusiaan yang sejalan dengan nilai-nilai Dasar Negara kita yakni Pancasila.Sabtu (11/10)#Pendim0714

Tidak ada komentar:

Posting Komentar